Jakarta (ANTARA News) - PT Indo Raya Tenaga (Indonesia) agreed on a commitment with Doosan Heavy Industries and Construction (South Korea) for the construction of Unit 9 and 10 of Suralaya Coal Fired Power Plant in Banten.
"This MoU is very meaningful. We hope that the construction of Unit 9 and 10 of Suralaya Coal Fired Power Plant will run smoothly in the future," President Director of PT Indo Raya Tenaga Sapto Aji Nugroho in a statement received here on Monday.
The signing of the memorandum of understanding was carried out at the Korea-Indonesia Industrial Cooperation Forum held at Lotte Hotel, Jung-gu, Seoul.
Nugroho said that Doosan had been chosen as the EPC (Engineering, Procurement and Construction) contractor for Unit 9 and 10 of Suralaya Coal Fired Power Plant in Banten.
In the proposal, Doosan has included K-Exim and K-Sure, South Korean export financing institutions.
A leader of EPC Business Group Doosan Heavy Industries & Construction, Yun Seok Won, said that the total cost of Suralaya Power Plant construction was estimated at 1.9 trillion Won.
However, the value of the work unit involving Doosan Heavy Industries and Construction is projected to reach around 1.5 trillion Won.
"With this MoU, we will be able to further strengthen our partnership with the Indonesian Government and clients," he said.
Through the implementation of the project, Doosan plans to increase its contribution to Indonesia`s efforts to meet its electricity needs.
"We plan to expand it. The construction of Unit 9 and 10 of Suralaya Coal Fired Power Plant will be started in the first quarter of 2019," he stated.
Indro Bagus SU - detikFinance
Jakarta - Pemegang saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) menyetujui rencana penerbitan surat utang sebesar US$ 200 juta terkait akuisisi 75,95% saham PT Tri Polyta Indonesia Tbk.
Rencananya surat utang tersebut akan diterbitkan melalui UBS AG Singapura yang juga telah mendapat peminat untuk mendanai akuisisi Tri Polyta yaitu Magna Resource Corporation Pte Ltd.
Demikian diungkapkan oleh Investor Relations BRPT, Agustino Sudjono usai RUPSLB di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (19/6/2008).
Penerbitan surat utang terakhir (closing date) dilakukan 23 Juni 2008. Surat utang itu memiliki tenor 3 tahun dengan bunga 11% per tahun dan dibayarkan setiap enam bulan.
Dana tersebut rencananya akan digunakan untuk akuisisi Tri Polyta 75,95% yang nilainya sebesar US$ 136,461 juta atau sebesar Rp 1,266 triliun dengan menggunakan kurs 9.280 per dolar AS pada harga Rp 2.289 per saham.
Pembelian saham Tri Polyta oleh Barito tersebut sebesar 64,65% melalui New Port Global Investment Ltd dan 11,3% oleh Prajogo Pangestu. "Sisa dana perolehan surat utang itu untuk pelaksanaan tender offer dan sebagaimana terkait akuisisi ini," katanya.
Penyelesaian proses akuisisi diharapkan rampung September 2008 sehingga tender offer ditargetkan dilakukan setelah itu.
Selain persetujuan akuisisi, RUPSLB juga menyetujui proses restrukturisasi utang kepada Bank Mandiri yang telah dilakukan pada Oktober 2007 yaitu sebesar US$ 19,825 juta. "Ini diperpanjang sampai 2016," tukas Agustino.
Sumber: Detik.com
oleh : Pudji Lestari
JAKARTA (Bisnis.com): PT Barito Pacific Tbk menargetkan penjualan tahun ini tumbuh minimal 25%-30% menyusul akuisisi 75,95% saham PT Tri Polyta Indonesia Tbk.
Investor Relations Barito Agustino Sudjono mengatakan RUPS luar biasa yang digelar hari ini menyetujui rencana pengambilalihan mayoritas saham produsen polypropylene itu.
Sehubungan dengan akuisisi tersebut, perseroan akan menerbitkan surat utang senilai US$200 juta melalui UBS AG cabang Singapura. Magna Resources Corporation Pte Ltd telah menyatakan minat untuk membeli seluruh surat utang itu.
Agustino menyatakan transaksi surat utang diharapkan dapat ditutup pada Senin pekan depan. Surat utang berjangka waktu tiga tahun itu menawarkan kupon sebesar 11% per tahun, dengan pembayaran pokok pada akhir tahun ketiga dan pembayaran bunga setiap satu semester.
"Akuisisi Tri Polyta diharapkan dapat memperluas investasi perseroan di industri petrokimia sekaligus meningkatkan produksi petrokimia yang bermargin tinggi," tuturnya saat paparan publik seusai RUPS siang ini.
Tri Polyta diharapkan menyumbang 25%-30% terhadap pendapatan konsolidasi Barito Pacific. Seiring dengan asumsi itu, pertumbuhan penjualan diharapkan mencatatkan tingkat pertumbuhan yang sama. Rapat juga menyetujui usulan manajemen untuk menahan seluruh laba bersih sebagai modal kerja perseroan.(tw)
bisnis.com
Sumber: Bisnis.com
JAKARTA Nama PT Barito Pacific Tbk (BRPT) kembali muncul kepermukaan tahun ini. Maklum, berbagai aksi korporasi perusahaan ini telah menyedot perhatian para investor di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sedikit kilas balik, dahulu perusahaan yang didirikan Prajogo Pangestu itu hanya menggeluti bisnis kayu. Kala itu, emiten saham berkode BRPT itu masih menyandang nama PT Barito Pacific Timber Tbk. Di zaman keemasannya, Barito memiliki lima pabrik pengelolahan kayu. Pasar Barito sangat luas, mulai dari wilayah Asia, Eropa, sampai Amerika.
Namun krisis moneter di 1997 telah membuat nama Barito tenggelam. Tahun itu Barito terpaksa menutup dua pabrik pengelolahan kayunya. Pabrik Barito hanya tersisa tiga, yaitu di Kalimantan Tengah dan Maluku Utara. Kenerja Barito pun sempat babak belur seiring meredupnya bisnis kayu.
Beragamnya Bisnis BRPT
Kini Barito mencoba bangkit dan tampil dengan wajah baru. Tak lagi bersandar pada bisnis kayu, Barito melebarkan sayapnya ke berbagai bisnis lain. Sebagai langkah awal, 11 Desember 2007, BRPT menerbitkan saham baru (rights issue) senilai Rp. 9,161 triliun (US$ 985 juta). Barito memakai dana rights issue itu untuk mengakusisi perusahaan pengelolahan bahan kimia PT Chandra Asri.
Barito merogoh US$ 722,4 juta untuk membeli 48,16% saham Chandra Asri dari Strategic Investment Holding Ltd. BRPT juga mengucurkan US$ 108,7 juta untuk membeli 100% saham Marigold Recources yang merupakan pemilik 7,24% saham Chandra Asri. Lantas Barito menggunakan sekitar US$ 144 juta untuk membeli 14,6% saham Chandra Asri milik Inter Petrindo Inti Citra. Artinya Barito menjadi pemegang saham pengendali dengan kepemilikan 70% di Chandra Asri.
Vice President Investor Relations Barito Agustino Sudjono menyatakan, akuisisi itu telah menambah sektor bisnis Barito. “Untuk itu, kami sepakat menghilangkan kata “Timber” pada nama perusahaan,” katanya.
Ekspansi Barito tak berhenti disitu. Perusahaan ini juga berencana mengakuisisi perusahaan pengolah petrokimia polypropylene terbesar di Indonesia, yakni PT Tri Polyta Indonesia Tbk (TPIA).
Selama ini Chandra Asri adalah pemasok bahan baku bijih plastik buatan TPIA. “Akuisisi ini membuat bisnis kami terkonsolidasi,” kata Agustino.
Rencananya Barito akan membeli 75,95% saham TPIA dari Newport Global Investment Ltd diharga Rp. 2.289 persaham. Dus, nilai transaksi ini mencapai 1,27 triliun. Untuk memuluskan hajatan itu, Barito akan menerbitkan surat utang tanpa jaminan senilai US$ 200 juta. Magna Resources Corporation Pte Ltd sudah bersedia membeli surat utang itu.
Selain itu Barito juga mengincar perusahaan minyak dan gas Star Energy. Bahkan BPRT juga telah menjajal sektor perkebunan dengan membeli 10% saham PT Gozco Plantation Tbk (GZCO) senilai Rp 112,5 milliar. “Kami masih lihat-lihat, tapi kami serius untuk masuk ke perkebunan. Mungkin tidak hanya melalui Gozco saja kami akan masuk,” ucapnya.
Sayang, Agustino tak mau mengungkapkan target pendapatan dan laba bersih Barito tahun ini “Yang pasti meningkat dari tahun lalu,” katanya.
Namun lonjakan harga minyak bakal menghambat ekspansi Barito. Naiknya harga minyak membuat harga naptha, bahan baku utama Chandra Asri, menjadi mahal. Pada kuartal I 2007, harga naptha masih US$ 588 perton, sedangkan dikuartal I 2008 harga sudah US$ 878 per ton. “Makanya, kami menaikkan harga bertahap,” kata Agustino. (Angga Aliya)
Sumber: Harian Kontan, 7 Juni 2008
JAKARTA, May 21 (Reuters) - Indonesian timber firm PT Barito Pacific Tbk <BRPT.JK> plans to raise up to $200 million by issuing unsecured notes so that it can buy a stake of about 76 percent in chemical firm PT Tri Polyta Indonesia Tbk.
UBS will arrange the proposed note issue, a Barito statement issued in two Indonesian newspapers showed.
Indonesian entrepreneur Prajogo Pangestu has stakes in both Barito Pacific and Tri Polyta Indonesia, a major polypropylene producer in the country.
Barito, which has a market capitalisation of $1.3 billion, has been acquiring other companies to diversify its business.
Last year, the company had a $1 billion rights issue, which was the fourth biggest rights issue in the country's history, to acquire a petrochemical company, PT Chandra Asri from Pangestu.
In the statement, Barito said that Chandra Asri supplies most of the raw material for Tri Polyta. (Reporting by Harry Suhartono, editing by Sugita Katyal and Neil Fullick)
Source: Reuters